Copyright © LuDeer
Design by Dzignine
Sabtu, 14 Februari 2015

Shining Star





Shining Star by Jikyonee
Gendre : Friendship.

“Ayo! Cepat kesini” ucap Kaze setengah berteriak mengabaikan temannya berlari dengan nafas yang terputus-putus. Kaze meloncat-loncat gembira sambil mangangkat teropong mini di tangan kanannya dengan erat. Tak lama kemudian temannya yang bernama Yame telah sampai ke bukit. Ia terengah-engah sambil berlutut. Keringat di pelipisnya bercucuran.
“Hosh..Hosh... kamu cepat sekali Kaze.” Ia menatap Kaze dengan mata sayunya.
“Kamu saja yang terlalu lemah.” Kaze mengatakan dengan terselip nada meremehkan. Kemudian ia mengulurkan tangannya membantu tubuh Yame untuk berdiri lagi.
Mereka masih anak-anak. Masih bocah antara 8 tahunan. Kaze sangat menyukai benda-benda disekitar langit. Sedangkan Yame adalah tetangganya, menyukai hal yang sama. Kaze meyakinkan dirinya bahwa ia akan menjadi astronot ketika sudah besar. Ketika ditanya hal yang sama Yame akan menjadi ilmuan yang berguna bagi bangsa dan negara. Jika sudah menyangkut benda-benda langit Kaze akan tertarik. Sangat tertarik. Didalam kamarnya sudah dihias dengan 9 planet yang mengagumkan.
Kaze mulai mengamati langit senja yang menampilkan bintang kejora. Ia merebahkan tubuhnya supaya bisa menatap langit dengan leluasa. 10 menit berlalu, langit sudah mulai menggelap. Lampu-lampu rumah di bawah bukit mulai menyala. Menambahkan kesan yang sangat indah jika dilihat di atas bukit.
Yame mulai mengamati langit dengan teleskopnya.
“Apa kamu telah melihat sesuatu, Yame?”
Yame menggeleng “Belum”
Galaksi Bimasakti telah muncul. Menerangi beberapa kota dibumi. Bintang-bintang berhamburan dengan cahaya-cahayanya. Sangat memanjakan mata.
Merasa bosan dan lapar karena mereka melewati makan malam yang berharga. Mereka beranjak dari bukit itu dan segera pulang karena batas jam mengamati mereka hanya sampai jam 7 malam. Dan ingat, mereka masih anak-anak.
.
“Anak-anak, hari ini kita akan mengerjakan tugas menggambar. Apakah semuanya membawa buku gambar dan crayon?” ibu guru menatap semua muridnya dengan penuh harap.
“Ya, bu” mereka menjawab serempak tanpa memperdulikan lengkingan mereka yang memekakkan telinga.
“Baik semuanya.” Ibu guru bertepuk tangan dua kali. “Gambar kalian harus dikumpul selama 2 jam kedepan. Apa kalian mengerti?”
Kaze sudah memikirkan rencana apa yang akan digambarnya nanti. Tentu saja, tidak jauh-jauh dari hal yang berbau benda-benda langit. Ia mengambil buku gambar dan pensil terlebih dahulu. Pertama yang ia gambar adalah bentuk lingkaran meskipun lingkaran yang tidak terlalu bagus namun itu telah membuat Kaze terlihat puas.
Tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya dengan gaya angkuh “Menggambar planet lagi, huh?” kemudian ia rampas buku gambar Kaze dengan sekali cekatan. Ia membolak-balikkan kertas buku gambar itu dengan sedikit kasar. “Lihat! Buku ini sudah penuh dengan hal-hal yang sama seperti sebelumnya. Bisakah kamu mengubahnya? Jika ibu guru melihat ini mungkin ia sudah bosan melihat gambaranmu yang sangattttt jelek” perempuan itu menjulurkan lidahnya dan nada meremehkan yang kentara sekali. Ucapan dan tingkah perempuan itu membuat Kaze geram. Kata-katanya menusuk langsung ke ulu hatinya. Kaze mengepalkan tangannya menahan amarah.
“ini adalah gambar yang kubuat dengan sepenuh hati. Bisa-bisanya kamu berkata demikian?” Kaze mencoba berbicara tenang. Ia sudah tidak tahan dengan kelakuan perempuan ini. “Bukankah kamu juga menggambar dengan hal-hal yang sama? Barbie? Jika kulihat dengan mataku sendiri itu adalah gambaran paling menjijikkan yang pernah kulihat! Seperti kotoran sapi!”
Teman-temannya yang mendengar perdebatan keduanya ini, langsung meledakkan tawa mereka. Perempuan yang mengejek Kaze terdiam dan malu. Air dipelupuk matanya menggenang hendak jatuh. Perempuan itu langsung pergi ke bangkunya sambil menangis tersedu-sedu.
Kemudian Kaze  melanjutkan kegiatan menggambarnya yang belum sempurna. Waktu lima belas menit sudah terbuang untuk hal yang tak berguna. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan sebelum waktu bel pulang sekolah berbunyi.
.
“Yame! Lihat apa yang aku dapatkan!”
Yame segera bergegas ke teras rumah Kaze. “Lihat! Apa kamu tau makhluk apa ini?”
Yame melihat secara seksama. Itu adalah seekor binatang kecil. “wajahnya seperti alien” Yame berkata demikian karena wajahnya seperti alien yang ia lihat dikartun favoritnya. Padahal itu adalah seekor belalang.
“Bagaimana alien kecil ini kita simpan di toples? Aku percaya binatang ini dari planet Mars! Ini adalah bianatang langka!” ucap Kaze menggebu-gebu.
Yame segara berbalik kerumahnya untuk mengambil toples untuk alien kecil mereka, ia berjalan ke dapur sampai ibunya bertanya ada apa. Sebelum ia menjawab pertanyaan ibunya ia sudah mendapatkan toples dan langsung pergi ke teras Kaze lagi.
Setelah meletakkan alien kecil mereka di toples. Kaze membuka suara “Apa kamu tau makanan apa yang dimakan oleh alien ini nanti?”
Yame mulai berpikir menekukkan kepalanya  ke atas langit. “Mungkin sejenis sayuran seperti wortel” ucap Yame sedikit ragu.
“Benarkah?” Kaze mulai meyakinkan jawaban Yame.
Dan yame hanya mengangguk mengiyakan.
.
Keesokkan harinya mereka memberi sedikit wortel kepada alien kecil mereka. Mereka menunggu selama kurang lebih dua puluh menit untuk menunggu alien kecil mereka memakan wortel tersebut.
“Kurasa jawabanmu salah, Yame. Lihat, ia bahkan tidak memakan apapun. Wortel pun tidak” Kaze memincingkan matanya menatap Yame.
“Err... mungkin tunggu sekitar tiga puluh menit lagi” jawab Yame meyakinkan temannya.
Dan mereka pun menunggu selama tiga puluh menit namun si alien kecil itu tak kunjung menyentuh wortel sedikitpun.
.
Ketika senja datang. Kaze dan Yame memulai mendaki bukit di dekat rumah mereka. Tentu saja untuk mengamati langit lagi. Ketika jam menunjukkan enam lewat tiga puluh menit di pergelangan tangan Yame, galaksi Bimasakti mulai muncul. Bintang-bintang sudah banyak yang muncul. Termasuk bintang kejora yang terlihat terang dengan mata telanjang.
“Apa kamu membawa peta rasi bintang, Kaze?”
Kaze menepuk dahinya tanda ia lupa membawanya. “sayangnya, aku tidak ingat. Hahaha”
“Aku membawanya kok!”
Suara perempuan mengagetkan mereka berdua. Mereka menoleh kebelakang dan Kaze yang melihat perempuan itu terkejut. “mau apa kamu kesini?” desisnya tak senang dengan kehadiran perempuan itu.
“Kaze, kamu kenal dia?”
“Dia tembukan, dia musuhku dikelas.”
Perempuan yang mengejek Kaze itu mulai mendekati mereka berdua. “Untuk yang kemaren, aku minta maaf atas kelakuan terburukku. Dan setelah mengejekmu kemaren, ternyata aku termakan omonganku sendiri.”
Kaze dan Yame menatap perempuan itu tidak mengerti. Melihat hal tersebut perempuan itu langusng menambahkan “Aku sekarang menyukai benda-benda langit.” Ia menunduk malu.
Kaze yang mendengar itu langsung tersenyum penuh arti. Kejadian memalukan ini telah dilihat oleh bintang Sirius yang menerangi malam itu.
Perempuan itu menatap Yame dan menyerahkan peta rasi itu. “Namaku Hara.”
“Hara, Bisakah kamu melihat dimana bintang Sirius berada?” ucap Yame. Hara mulai mengarahkan pandangannya ke segala arah di langit malam dan tak lama kemudian ia mengangkat tangannya “Itu, Disana! Yang paling terang.”
“Yep. Sangat indah bukan?”
“Ya. Sangat indah. Aku menyukainya” Hara tertawa kecil. Dan selang beberapa detik Kaze dan Yame juga tertawa bersama.
Pada saat itu juga, mereka tidak tahu bahwa alien kecilnya telah mati di dalam toples.

0 komentar:

Posting Komentar